Mengambil Bagian dan Tidak Sekedar Menjadi Penonton “SCOPUS”


Scopus_2014Tahun 2016, bagi saya yang diberi amanah untuk menahkodai perahu Kelompok Keahlian IT Governance dan Enterprise System sejak Juni 2015 merupakan tahun yang berat. Tahun yang berat karena Fakultas Ilmu Terapan (FIT) diberi target salah satunya Publikasi Ilmiah Terindeks Scopus dengan jumlah 50 paper. Menjadi berat karena di Triwulan I ini (Januari – Maret) 2016, FIT sendiri menargetkan ada 15 paper terindeks scopus. Setiap dosen diharapkan berkontribusi dengan usaha yang tidak biasa. Bagi yang tidak terbiasa membuat makalah dan diterbitkan di prosiding internasional yang terindeks scopus atau jurnal internasional terindeks scopus mungkin akan dirasa sulit tapi kalo tidak dicoba mana mungkin tau sulit atau tidaknya. Dosen yang hanya menulis makalah karena memenuhi kewajiban BKD saja tentu berbeda dengan dosen yang memang menulis makalah tiap semester karena dia tau tugas dosen sesuai UU adalah Tridharma yang salah satunya adalah penelitian (salah satu bentuk keluarannya adalah publikasi ilmiah).

Pengalaman adalah guru yang paling baik, saya ingat betul ketika menulis pertama kali untuk diterbitkan di salah jurnal internasional terindeks scopus (Q4) Journal of Theoretical and Applied Information Technology sebagai output mengikuti pelatihan penulisan jurnal internasional tahun 2014 yang saya pikirkan waktu itu hanya satu “apa yang bisa saya berikan untuk prodi D3 MI, FIT, dan Tel-U”. Jadi modalnya paling tidak ada dua, yaitu niat juga nekad. Di antara selentingan JATIT adalah jurnal yang bla..bla,,,sayamah tetap nulis krn itu salah satu jurnal yang tidak terlalu sulit untuk masuknya kata Pak Rektor saat pelatihan. Alhamdulillah temen – teman lain yang punya komitment yang sama ternyata “ngaburudul” menulis makalah dan diterbitkan di JATIT.

Virus menularkan hal postif tentu bagi Ketua KK adalah hal yang menjadi keharusan. Awal februari 2016, alhamdulillah 2 paper saya diterima untuk diterbitkan di Jurnal Telkomnika (Jurnal Internasional Q3 Terindeks Scopus, Jurnal Nasional Terakreditasi A). Saat ini abstrak satu paper saya juga diterima di ICATI 2016, 1 makalah sedang diantrikan untuk bisa submit di SCDM 2016.  Sulit memang jika beban mengajar dosen masih tinggi mereka ditargetkan tetap menulis..meniliti tetapi jika itu tidak mulai dibiasakan dan diniatkan maka pencapaian publikasi ilmiah di scopus hanya diserahkan kepada beberapa dosen saja. Pertanyaannya sekarang adalah mau sampai kapan kita menunggu untuk menjadi bagian dari “scopus” tidak hanya sebagai penonton saja?

Berharap suatu saat model – model dosen seperti Dr Adiwijaya dari FIF, yang bisa menerbitkan duapuluhan lebih makalah terindeks scopus pada tahun 2015 akan hadir di FIT dan fakultas lainnya. Kalo tidak ada target mana mungkin hal itu bisa dicapai, paling tidak setiap dosen punya target setiap semster 1 makalah terindeks scopus (1 tahun = 2 Makalah) apalagi kebijakan saat ini bagai dosen yang menulis dan menerbitkan makalah dan terindeks scopus tidak ada batasan jumlah makalah yang dibayarkan oleh Direktorat PPM termasuk juga dengan insentif penelitiannya. Sehingga kedepan target scopus menjadi bagian dari target seluruh dosen bukan SEBAGIAN KECIL dosen saja. Jadi, mari kita bersama – sama Mengambil Bagian dan Tidak Sekedar Menjadi Penonton “SCOPUS”.

Selamat berjuang untuk membiasakan diri menulis.. Semoga bermanfaat, yang tersingung dengan tulisan ini semoga tersinggungnya diobati dengan menulis..yang tidak suka dengan tulisan ini semoga menjadi suka menulis makalah untuk diterbitkan di prosising internasional atau jurnal internasional terindeks scopus.


Leave a Reply